Policy Brief: Pengaruh Penguatan Breastfeeding Father Terhadap Pencegahan Post Partum Blues pada Ibu Menyusui

A. Rizky Amaliah (Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2023)

LATAR BELAKANG

Periode postpartum menyebabkan stress emosional bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Setiap 1000 wanita hamil, sekitar 17% wanita akan mengunjungi unit kejiwaan, 5% akan mengalami gangguan mood depresi yang ringan pada minggu pertama setelah melahirkan (post partum blues).

Menurut Klinik Cleveland, banyak dari wanita ini akan mengalami kondisi depresi pascapersalinan yang lebih parah atau kondisi terkait lainnya. Postpartum blues biasanya hanya berlangsung 1 hingga 2 minggu setelah melahirkan (Kimberly Langdon, 2020)

Data dari WHO (2018) dalam (Eva Y & Suryani, D.2020) dalam mencatat prevalensi postpartum blues secara umum dalam populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. Sementara prevalensi
postpartum blues di Negara-negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita pasca persalinan (Ardianis et al., 2022). Berdasarkan data (Kemenkes RI, 2018) di Indonesia prevalensi postpartum blues mencapai 23%.

Banyak faktor yang dapat mencegah terjadinya postpartum blues diantaranya coping stress, dukungan sosial, penyesuaian diri dan komunikasi yang efektif (Ningrum, 2017). Pada penelitian sebelumnya (Dehshiri et al., 2023) telah
menunjukkan bahwa Keterlibatan suami pasca melahirkan tampaknya mampu menurunkan angka kejadian postpartum blues dan dapat meningkatkan keintiman pasangan.

Oleh karena itu, disarankan mempertimbangkan keterlibatan, dan dukungan suami dalam perawatan ibu postpartum dengan melakukan komunikasi interpersonal terhadap pendampingan ibu melalui stimulus internal. Komunikasi
interpersonal yang efektif mengharuskan semua pihak mengambil kedua peran tersebut, yaitu mengirim dan menerima pesan pada waktu yang tepat Keterampilan komunikasi interpersonal meliputi komunikasi verbal dan nonverbal, mendengarkan secara aktif, empati, dan resolusi konflik (Terra, 2023).

TUJUAN

Untuk mengetahui pengaruh penguatan breastfeeding father terhadap pencegahan postpartum blues berdasarkan literatur review.

SUMBER LITERATURE REVIEW

Sumber literatur dalam penelitian ini seperti: Pubmed, sciencedirect, dan Google Scholar (jurnal internasional Q1-Q4 open acces dan jurnal nasional terakreditasi sinta). Sumber rujukan lain yang juga dimanfaatkan meliputi Data
WHO (World Health Organization), AHA (AmericaHealth Association), Buku, Ebook, laporan Kesehatan nasional dan disertasi. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur adalah postpartum blues, breastfeeding father. Dalam pengumpulan literature tidak ada batasan dalam tanggal publikasi, selama literature ini relevan dengan topik penelitian.

KEBIJAKAN YANG SUDAH ADA

Beberapa kebijakan dan inisiatif yang secara tidak langsung dapat mendukung peran ayah dalam mencegah kondisi ini:

Pendidikan dan Dukungan Keluarga

Beberapa lembaga kesehatan mungkin telah mengadopsi kebijakan untuk memberikan pendidikan dan dukungan keluarga yang luas selama periode kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Ini termasuk memberikan informasi tentang kesehatan mental pasca persalinan kepada kedua orang tua, memfasilitasi konseling keluarga, dan menyediakan sumber daya tambahan untuk membantu pasangan mengatasi tantangan yang mungkin mereka hadapi.

Program Kesehatan Masyarakat dan Edukasi Masyarakat

Beberapa lembaga pemerintahan mungkin telah meluncurkan program kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental pasca melahirkan. Melalui kampanye informasi, seminar, atau workshop, kebijakan ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung di mana ayah merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan dan mendiskusikan perasaan mereka terkait pengalaman pasca melahirkan.

Fleksibilitas Cuti Parental

Beberapa negara telah menerapkan kebijakan cuti parental yang lebih fleksibel, yang memungkinkan ayah untuk mengambil cuti yang lebih lama setelah kelahiran anak mereka. Ini memberikan kesempatan bagi ayah untuk lebih banyak terlibat dalam perawatan anak dan mendukung pasangan mereka selama periode pasca persalinan, yang dapat membantu mencegah postpartum blues.

Meskipun belum ada kebijakan yang secara spesifik menargetkan peran ayah dalam mencegah postpartum blues, langkah-langkah ini mencerminkan upaya untuk mengakui pentingnya keterlibatan ayah dalam kesehatan mental dan emosional pasangan mereka selama periode pasca melahirkan. Upaya lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengintegrasikan peran ayah secara lebih eksplisit dalam kebijakan kesehatan maternal dan perinatal.

BACA JUGA:  SDI Gunung Sari Baru Laksanakan Gladi Bersih ANBK

KEKURANGAN

• Kurangnya Kesadaran tentang Peran Ayah

Banyak kebijakan dinas kesehatan mungkin fokus terlalu pada peran ibu dalam pengalaman pasca melahirkan, sementara peran ayah sering diabaikan. Hal ini bisa mengakibatkan kurangnya kesadaran tentang dampak yang signifikan dari keterlibatan ayah dalam mendukung kesehatan mental dan emosional ibu pasca
persalinan.

Kesempatan Terlewatkan untuk Dukungan Emosional

Tanpa memperhitungkan peran ayah, kebijakan tersebut mungkin gagal memberikan kesempatan bagi ayah untuk terlibat secara aktif dalam memberikan dukungan emosional kepada ibu. Dukungan ini dapat berdampak signifikan pada penurunan tingkat stres dan risiko postpartum blues.

• Kurangnya Integrasi Dukungan Keluarga dalam Sistem Kesehatan

Jika kebijakan dinas kesehatan tidak memperhitungkan peran ayah, hal ini bisa mencerminkan kurangnya integrasi dukungan keluarga dalam sistem kesehatan secara keseluruhan. Pendekatan yang holistik dan inklusif terhadap kesehatan keluarga harus mempertimbangkan peran semua anggota keluarga, termasuk ayah.

Mengintegrasikan peran ayah dalam kebijakan dinas kesehatan terkait dengan postpartum blues adalah langkah yang penting dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan yang inklusif,
pendidikan yang menyeluruh, dan dukungan yang tersedia bagi semua anggota keluarga.

IMPLIKASI YANG DIHARAPKAN DARI DINAS KESEHATAN

Penyadaran tentang Peran Ayah

Dinas kesehatan dapat memperkuat kesadaran tentang pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu menyusui dan kesejahteraan mentalnya. Ini bisa dilakukan melalui kampanye pendidikan kesehatan dan informasi yang menyoroti bagaimana dukungan ayah dapat mengurangi risiko postpartum blues. Serta mendorong ayah untuk terlibat secara aktif dalam merawat bayi, termasuk membantu dengan pemberian ASI jika memungkinkan. Keterlibatan ini dapat membantu mengurangi tekanan pada ibu dan merangsang ikatan antara ayah dan bayi.

• Pendidikan dan Pelatihan

Dinas Kesehatan dapat memberikan pendidikan dan pelatihan kepada ayah tentang
cara-cara konkret untuk mendukung ibu selama periode postpartum, termasuk
dukungan dalam menyusui, mengurangi stres, dan memahami tanda-tanda
postpartum blues sehingga dapat membantu mendeteksi gejala tersebut dengan lebih
baik.

• Edukasi tentang Manajemen Stres

Memberikan edukasi kepada ayah tentang pentingnya manajemen stres dan cara-cara untuk mengelola stres mereka sendiri dalam menghadapi transisi menjadi orangtua baru, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi risiko postpartum blues pada ibu.

Dengan meningkatkan peran ayah dalam mendukung ibu menyusui dan kesejahteraan mentalnya, diharapkan dapat mengurangi tingkat kejadian dan dampak dari postpartum blues pada ibu, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pelatihan dan Edukasi

Dinas kesehatan dapat menyediakan program pelatihan dan edukasi kepada tenaga kesehatan, termasuk dokter, bidan, dan perawat, untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peran ayah dalam mencegah postpartum blues pada ibu menyusui.

Pelatihan ini harus mencakup strategi konkret tentang cara melibatkan ayah, memberikan dukungan emosional, dan memfasilitasi perawatan bayi dan menyusui.

Promosi Keterlibatan Ayah dalam Pelayanan Kesehatan

Dinas kesehatan dapat mengimplementasikan kebijakan yang mempromosikan keterlibatan ayah dalam pelayanan kesehatan maternal dan anak. Ini bisa meliputi pemberian hak kepada ayah untuk mengikuti kunjungan antenatal, mendukung ibu menyusui selama kunjungan pasca kelahiran, dan mendukung partisipasi aktif ayah dalam pengambilan keputusan kesehatan keluarga.

Evaluasi dan Penelitian

Dinas kesehatan dapat melakukan evaluasi terhadap program-program yang telah diimplementasikan untuk mengukur efektivitasnya dalam mencegah postpartum blues pada ibu menyusui dengan melibatkan keterlibatan ayah. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan ayah dan dampaknya terhadap kesehatan mental ibu menyusui.

Print Friendly, PDF & Email
(Visited 75 times, 1 visits today)

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You cannot copy content of this page