reportasependidikan.com – Kartini moderen adalah gelar yang sangat pantas diberikan kepada Menteri Susi Pudjiastuti.
Dilansir oleh Detik, Meski berlatar belakang pendidikan lulusan SMP Susi Pudjiastuti adalah perempuan pertama yang diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Walaupun keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 27 Oktober 2014, sempat menjadi kontroversi karena memilih Menteri yang berlatar belakang pendidikan SMP.
Namun, Susi Pudjiastuti berhasil menjawab keraguan publik dengan berbagai gebrakan dan prestasi. Sejak menjabat, Susi konsisten memerangi pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di laut Indonesia.
Sepanjang 2016 saja, ada 236 kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan Susi. Keberaniannya mengundang decak kagum, menginsipirasi banyak orang, Susi pun menjadi idola baru.
Perempuan kelahiran Pangandaran 52 tahun lalu ini menunjukkan bahwa gender bukan halangan untuk berprestasi. Susi adalah Kartini di zaman modern.
Dan menurutnya dalam menjalankan tugasnya, kartini moderen ini mengatakan bahwa tugasnya saat ini adalah amanah yang sangat besar sehingga dan harus dijalankan.
“Itu kan amanat. Kalau kita sudah komitmen ambil pekerjaan ini, kan itu bukan terpaksa. Itu profesionalisme, saya sign, saya terima sumpah saya sebagai seorang menteri, berarti saya mesti melaksanakan amanat Undang Undang. Jadi bukan karena terpaksa, bukan karena berani, tapi karena profesionalisme, sebagai pejabat negara ya amanat Undang Undang mesti kita jalankan. Tidak boleh tidak, tidak ada choice, itu saja,” kata Susi.
Menurutnya, walaupun dia perempuan bukan berarti langkahnya harus terganggu dalam karir. Bukan berarti sebagai wanita tiak bisa sebagai Pemimpin, dan bukan berarti wanita hanya duduk manis saja.
“Saya kalau kerja enggak pikir laki-laki atau perempuan. Saya enggak pernah merasa sendirian karena banyaknya laki-laki, enggak ada. Sama saja. Kalau orang lain bisa, ya bisa. Saya tidak pernah merasa keperempuanan saya itu handicap atau obstacle, biasa saja,” ujarnya.
Selain itu Susi Pudjiastuti memberikan saran untuk para perempuan-perempuan Indonesia agar dapat sukses dan berkarir dengan baik seperti dia.
“Kita stop mempermasalahkan gender. Kerja, bergerak, berkarir, berprestasi tanpa mikir ‘saya perempuan’, ‘saya tidak boleh ini’, ‘saya tidak boleh itu’, ‘saya harus diistimewakan’. Stop itu. Jangan pikir gender itu handicap, persoalan,” pungkasnya. []