Kisah Profesor Sinis Dan Pelaut Tua

reportasependidikan.com – Dikisahkan, suatu hari kapal pesiar tujuan Greenland sedang berlayar di Samudera Atlantik. Salah satu dari penumpang kapal tersebut adalah seorang profesor riset mencari hal-hal baru dan tentunya ilmiah, di tanah tujuannya nanti.

Di tengah penatnya perjalanan di Samudera Atlantik, sang profesor menghibur diri dengan berjalan-jalan mengitari kapal, ditemani dengan indahnya pemandangan deburan ombak dan suara burung-burung laut.

Dalam perjalanannya, profesor bertemu dengan salah satu awak kapal yang sedang bersandar di ujung kapal, sambil mengasyikkan diri dengan memainkan jenggot tuanya, memandang ke arah samudera sana.

“Hai pelaut! apa yang sedang kau lakukan di sini?” sapa profesor, “bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” lanjutnya.

“Apa yang kau mau pak?” kata sang pelaut tua, “apakah kau profesor yang telah ramai dibicarakan temanku di dalam sana?” tanyanya.

“Ya betul! saya profesor tersebut,” jawab profesor. “Dari mana mereka mengetahuiku?”

“Kacamata khasmu yang mereka cirikan,” lanjut pelaut.

“Apa yang kau butuhkan dariku? Bukankah kau seorang profesor, sementara aku hanya pelaut tua?” tanyanya balik.

“Ah… tak mengapa,” potong profesor, “apa kau mengetahui Oceanografi?” tanya profesor.

“Apa? O… Oceanografi? Kata tersebut baru ku dengar sekarang,” jawab pelaut.

“Itu adalah ilmu tentang kelautan, mungkin kau tahu mengenai hewan-hewan dan keadaan samudera ini sekarang,” kata profesor.

“Dengan usiamu yang kelihatannya sudah cukup berpengalaman, pastinya kau tahu benyak tentang ini,” lanjutnya.

“Tak tahulah aku, apalah itu Ocenografi,” kata pelaut tua sambil menggelengkan kepalanya.

“Oh… mengapa kau sia-siakan umurmu hanya dengan berleha-leha di atas kapal ini,” kata profesor, “Oceanografi saja kau tak tahu,” lanjutnya.

BACA JUGA:  Perjuangan Alpin, Bocah Kelas II SD Untuk Bersekolah

keesokan harinya di tengah malam yang sunyi, sang profesor mengeluarkan kepalanya dari jendela, hanya untuk melihat indahnya bintang dan merasakan semilir angin di malam hari.

Di ujung kapal, lagi-lagi kembali ia melihat sang pelaut tua sedang tiduran memandang langit.

“Hai, pelaut tua! apa kau tahu Astronomi dan Meteorologi?” teriak profesor.

“Apa Astronomi, apa Meteorologi?” jawab pelaut.

“Aku sangka, mungkin kau lebih tahu apa yang akan kita hadapi besok, prediksi atau semacamnya dengan melihat bintang di atas sana dan semilir angin ini,” jawab profesor.

“Tidak, aku hanya merasakannya saja, di dalam kapal sana sangat pengap udaranya!” kata pelaut.

“Dasar pelaut tua bodoh! Apa saja yang kau lakukan selama umurmu, sehingga kau tak tahu apapun,” bentak profesor.

Matahari telah muncul di ufuk timur Atlantik, sang profesor sedang mempersiapkan berkas dan peralatan risetnya untuk di Greenland nanti.

Tiba-tiba, di luar ruangan kapal, banyak penumpang lari berhamburan. Profesor heran apa yang sedang terjadi, melihat kesana-kemari tak ada apapun yang tampaknya mengherankan.

“Hai profesor! Apa kau bisa berenang?” teriak sang pelaut tua dari kejauhan.

Sang profesor hanya menggelengkan kepala, pertanda tak bisa.

“Itulah ilmu yang kau butuhkan sekarang, kapal ini akan segera tenggelam!” lanjut pelaut tua sambil tersenyum. []

Print Friendly, PDF & Email
(Visited 732 times, 1 visits today)

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You cannot copy content of this page