Kisah Mahasiswi Kedokteran Tekad Berjilbab Setelah Bedah Mayat

dr Uyik Unari (foto: klinikmatautama

reportasependidikan.com – Uyik Unari, dr., Sp.M., seorang dokter perempuan spesialis dan pemimpin bagi beberapa klinik mata di berbagai kota. Memiliki kisah menarik dalam perjalanan spiritualnya untuk menggunakan jilbab.

Peristiwa yang kemudian menjadi titik hijrahnya terjadi pada tahun 1989. Saat itu, selama satu semester, ia harus mengikuti praktikum anatomi tubuh manusia.

“Tidak terbayang sebelumnya, setiap hari selama satu semester saya harus berhadapan dengan cadaver, mayat yang telah diawetkan,” kenangnya.

Pelajaran dan praktikum anatomi membuat mahasiswa kedokteran memahami seluruh anatomi tubuh manusia. Mulai organ tubuh yang besar hingga pembuluh darah dan syaraf. Yang dirasakan berat, mengetahui dengan tepat letak, bentuk dan nama-nama setiap bagian tubuh manusia dengan bahasa latin.

“Saya nyaris putus asa di semester anatomi ini,” lanjut dr Uyik.

Hari itu, pertama kali memasuki ruang praktikum. Semua mahasiswa telah rapi dengan jas putih masing-masing. Begitu masuk, aroma formalin langsung menusuk hidung dan membuat mata perih. Sepuluh cadaver telah menanti mereka. Sekitar 150 mahasiswa dibagi menjadi sepuluh kelompok, dengan satu cadaver untuk masing-masing kelompok.

“Terus terang saya gemetar melihat cadaver yang terbujur kaku di meja kayu itu.”

Para mahasiswa segera memulai membedah cadaver setelah mendengar penjelasan dosen pembimbing tentang tata caranya. Namun, tidak demikian dengan dr Uyik. Ia memandangi cadaver itu sembari merenung. “Ya Rabb, suatu saat saya juga akan jadi mayat seperti cadaver ini.” Terbayang bagaimana tak ada yang bisa menolong saat itu kecuali amal shalih.

BACA JUGA:  Ini Rahasia di Balik Wudhu Sebelum Tidur

Saat itu, dr Uyik telah mulai belajar Islam bersama kakak-kakak angkatannya. Setiap Jum’at mereka bertemu untuk tilawah, tazkiyah dan taklim. Mengkaji Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi dengan bimbingan seorang Ustadz.

Sesampai di rumah selepas praktikum, ia masih terus memikirkan tentang cadaver. “Bagaimana kalau tiba-tiba Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut nyawa saya sementara amal shalih belum cukup untuk bekal di akhirat?”

Renungan itu menyadarkannya. Ia berjanji dalam hati untuk senantiasa mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia pun membulatkan tekad untuk menutup aurat. Berjilbab.

Kini, selain mengelola klinik mata, keluarga dr Uyik juga mengambil peran untuk membantu setiap muslimah berjilbab. Lebih dari sejuta jilbab Pasmira telah terjual ke berbagai kota dengan penjualan offline hingga online. []

Sumber: Bersamadakwah

Print Friendly, PDF & Email
(Visited 827 times, 1 visits today)

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You cannot copy content of this page