
reportasependidikan.com – Apakah Anda pernah mengunjungi Tugu Monumen Nasional atau yang biasa dikenal Monas? Jika Anda orang Jakarta dan sekitarnya tentu Anda sering melihat bukan? Dan bagi Anda orang luar kota pun tentu Anda pernah tahu Monas saat pelajaran Sekolah Dasar (SD) dulu.
Salah satu keistimewaan Monas ialah pada ujung tugunya, dimana kita ketahui bersama ujung tugu Monas ini mengandung emasnya.
Usut demi usut, ujung emas pada Monas ternyata dibuat dari beberapa sumbangan para tokoh nasional zaman dulu. Nama Teuku Markam mungkin jarang disebut dalam mata pelajaran sejarah. Sosoknya seakan terlupakan. Namun dalam beberapa literatur, Markam diketahui adalah penyumbang emas terbesar untuk Monumen Nasional (Monas).
Dilansir otonomi.co. id, Markam adalah seorang saudagar kaya asal Aceh, keturunan uleebalang–bangsawan– yang menyumbang 28 kilogram emas. Markam memiliki perusahaan yang berdiri pada 1957 dengan nama PT Markam.
Dia berbisnis dalam bidang eskspor-impor ke sejumlah negara. Asetnya sangat banyak, seperti kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, dan Surabaya.
Selain itu, perusahaannya diketahui juga pernah mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, pelat baja. Dia bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden Soekarno.
Perusahaan Markam bahkan dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola pampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Konon, hasil bisnis Markam juga ikut menjadi sumber APBN.
Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain. Beberapa nama di antaranya Menteri Pekerjaan Umum (PU) Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, dan Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo.
Nah, itulah salah satu sosok yang berjasa menyumbangkan emas untuk pembuatan Monas. []