reportasependidikan.com – Pada sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, diceritakan Nabi saw sedang bercengkrama di depan rumah mereka. Tiba-tiba melintaslah seorang perempuan tua. Nabi saw segera mempersilahkan perempuan tua itu masuk rumah, digelarnya sorban sebagai alas duduknya.
Keduanya lalu bercakap-cakap. Saat perempuan tua itu berlalu, Aisyah menanyakan perihal tamu yang terlihat sangat istimewa dimata nabi.
“Perempuan tua itu mengingatkanku pada Khadijah, saat dia masih hidup, perempuan itu sering datang kerumahnya, dan Khadijah selalu menyambutnya dengan penuh rasa hormat. Aku menghormatinya sebagaimana Khadijah dulu melakukannya,” cerita Nabi Muhammad saw.
Aisyah sepertinya cemburu mendengar penuturan itu, seperti wanita normal lainnya, hingga tak sadar ia berkata, “Masih saja menyebut-sebut perempuan yang sudah meninggal itu. Bukankah sekarang telah ada perempuan pengganti yang lebih baik daripada dirinya?”
Mendengar perkataan istrinya, Aisyiah, Nabi saw nampak memerah raut wajahnya, seperti saat menerima titah Illahiyah atau sedang marah besar. Namun jelas sekali kali ini nampak beliau sedang marah.
“Aisyiah perlu kau tahu, Allah tidak akan mendatangkan pengganti sebaik atau lebih baik daripada Khadijah! Tidak akan lagi ada perempuan seperti dia,” kata Nabi Muhammad saw sambil menghadapkan wajahnya pada Aisyiah.
“Ia telah terjaga akan kenabianku ketika orang lain terlelap berselimut jahiliyah, ia juga selalu membenarkan ucapanku saat yang lain menganggapnya sebagai bualan, Ia bahkan tak segan memberikan seluruh hartanya padaku dengan ikhlas saat orang lain menyembunyikan tangan, dan darinya Allah memberiku keturunan ketika dari istriku yang lain tidak. Kau perlu tahu semua itu, Aisyah!” []