reportasependidikan.com – Suatu kali, Imam Hambali mengunjungi suatu masjid. Ketika itu masjid terlihat begitu sepi. Lalu, ketika akan memasuki masjid tersebut, ada seorang pengurus masjid yang menghampirinya.
“Maaf pak, masjid ini akan ditutup, jadi Anda tidak bisa tidur di sini,” demikian kata pengurus masjid tersebut.
Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri Imam Hambali. Ia berkata, “Jika mau, Anda menginap di rumah saya saja.”
Tanpa berpikir panjang, Imam Hambali mengikutinya dan tidur di rumahnya.
Laki-laki tersebut adalah seorang penjual roti. Imam Hambali selalu memperhatikannya ketika ia sedang membuat roti. Apa yang dilihat oleh beliau? Beliau melihat laki-laki tersebut membuat roti, dari mulai masih berbahan dasar hingga menjadi sebuah roti, mulutnya tidak lepas dari kalimat istigfar.
Setelah selesai, Imam Hambali bertanya kepadanya, “Mengapa kamu selalu mengucap istigfar?”
Ia menjawab, “Dengan perbanyak istighfar, usaha saya laku keras, saya dapat merasakan kenikmatan yang amat sangat luar biasa dari beristigfar ini.”
Ternyata benar saja apa yang diungkapkan laki-laki penjual roti tersebut. Ketika ia menjualkan rotinya, roti yang ia jual habis terjual. Orang-orang yang menghampirinya, laksana lebah yang sedang menggeremuti madu. Subahanallah.
Hanya saja, laki-laki itu berkata bahwa ada satu keinginan yang belum dipenuhi oleh Allah SWT. Apa itu? Ia ingin sekali bertemu dengan Imam Hambali. Sudah sejak lama, ia memimpikan bertemu dengan beliau. Laki-laki tersebut sempat bersuudzan kepada Allah. Mengapa? Karena ia merasa doanya tidak dipenuhi oleh Allah.
Lantas saja, Imam Hambali tersenyum kepadanya. “Janganlah kamu bersuudzan kepada Allah. Jika kamu tidak percaya, saya lah orang yang ingin kamu temui itu,” terang saja, laki-laki tersebut kagetnya luar biasa. Dengan spontan, ia memeluk beliau, sebagai tanda rasa syukur karena telah bertemu dengan orang yang paling ia idamkan. []